VISI&MISI

H.KASRAN RANDA,S.PD
MENGABDI DEMI RAKYAT
“ PEMBANGUNAN DARI ,OLEH DAN UNTUK RAKYAT”

“Sosok H.Kasran Randa ingin agar pembangunan Kab.Kolaka kokoh maka harus berbasis sumberdaya lokal. Artinya, memanfaatkan segala sesuatu yang memang dimiliki oleh masyarakat Kolaka. Seperti, basis pertanian dan pariwisata. Yang melaksanakan pembangunan harus pula orang lokal yaitu masyarakat yang ada di Kolaka.”

Dengan demikian, tujuan pembangunan yaitu menjadikan masyarakat Kolaka yang Aman, Sejahtera, Indah dan Harmonis
“MOTTO MEMBANGUN KABUPATEN KOLAKA ( KASIH = KOLAKA, AMAN, SEJAHTERA, INDAH, HARMONIS )”

1. KOLAKA
“ Salah satu Kabupaten dengan karunia Allah SWT yang penuh dengan kekayaan alam dan sumber daya manusia yang harus di jaga, dirawat, dan dikembangkan dengan sebaik-baiknya untuk masyarakat luas “
2. AMAN
“ Aman atau nyaman bermakna sangat luas, untuk membangun diri, keluarga, masyarakat dan bangsa dibutuhkan rasa aman baik dalam beribadah maupun kegiatan lain. Dengan rasa aman yang diciptakan maka orang lain pun akan senang bergaul atau berhubungan dengan kita. Kalau Kolaka dibangun dengan kondisi aman maka Investor akan masuk menanamkan modal untuk kesejahteraan Kolaka “
3. SEJAHTERA
“ Dengan suasana yang kondusif maka dengan leluasa warga berusaha dan bekerja dengan tenang tanpa intimidasi dari siapapun maka akan tercipta kehidupan yang sejahtera dan makmur secara lahir dan batin “
4. INDAH
“ Setiap manusia menyukai keindahan maka dari itu Kolaka harus di tata lingkungannya baik didalam maupun diluar, karena Allah SWT sangat menyukai keindahan “
5. HARMONIS
“ Harmonis juga berarti selaras, sesuai, rukun dll, Kolaka bila ingin Aman, Sejahtera,dan Indah harus Harmonis antar sesama manusia, harmonis antar suku, harmonis antar Agama, harmonis antar sesama pegawai dan harmonis dengan alam”
Allah SWT mempunyai sifat Pengasih dan Penyayang, bila rasa kasih dan sayang kita terapkan di setiap tempat dan kondisi serta pribadi kita maka seluruh manusia dan alam akan sayang sama kita.
Saat ini mari kita lihat lingkungan kita yang rusak dan hancur diakibatkan Pemimpin dan masyarakatnya yang tidak merawat dan sayang terhadap lingkungannya maka Allah SWT murka/marah yang pada akhirnya rakyat jadi sengsara karena ulah sebagian orang.
Kalau alam dan lingkungan saja dirusak apalagi yang lainnya pasti akan kena imbasnya.Kalau kondisi sudah parah/sakit kronis seperti ini maka dibutuhkan figure yang memiliki sifat kepedulian kepada sesama dan lingkungan yang berani dan optimis mengadakan perubahan.

Jika Pemimpinnya selalu memberikan rasa KASIH (Kolaka,aman,sejahtera,indah dan harmonis) kepada rakyatnya maka Allah akan menurunkan RahmatNYA kepada Kabupaten Kolaka. Oleh karena itu dukung KASIH untuk KOLAKA lebih maju dan sejahtera.

Strategi Pembangunan Berbasis Sumberdaya Lokal

Untuk mengetahui lebih lengkap visi dan misi pengabdiannya membangun Kabupaten Kolaka demi mensejahterakan masyarakat banyak, berikut petikan wawancara Tokoh Indonesia.com dengan H.Kasran Randa, Ketua Umum LSM-PELITA DESA & CEO Anugrah Sarana Insani, di suatu malam di Rumahnya di Kawasan Puri Asri Kuningan-Jawa Barat.

Apa saran Anda untuk pembangunan di Kolaka?

Kita sarankan ke Pemda hingga ke tingkat bawah, bahwa prioritas pembangunan harus melaksanakan pembangunan di segala bidang. Pertama, pembangunan di bidang ekonomi haruslah meningkatkan perekonomian masyarakat, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan meningkatkan taraf hidup mereka secara berkelanjutan.
Kemudian kedua, pembangunan di bidang sosial budaya harus betul-betul menjadi prioritas pula mengingat Kolaka terdiri beragam suku dan Agama. Begitu majemuk sehingga kita harus hidup harmonis dalam keberagaman, harus saling menghormati, saling menghargai dan menyatu supaya kehidupan di Kolaka betul-betul kondusif. Ketiga, membangun keamanan dan stabilitas karena hanya di tempat yang stabilitasnya terjaga kita bisa melaksanakan pembangunan. Tiga aspek ini harus ditangani pemerintah secara serius.

Anggota Dewan dan Eksekutif di Kolaka mulai menuntut agar BUMN turut berpartisipasi membantu pembangunan, apakah itu juga masuk dalam program Anda?

Itu salah satu. Tetapi yang terpenting yang akan kita tuju adalah, bahwa pembangunan itu harus kita jalankan berbasis pada sumberdaya lokal. Jadi, sebelum membuat konsep pembangunan kita harus melihat dahulu apa saja kendala yang ada di Kolaka, apa nilai plus dan minusnya, dan apa rencana ke depan.
Sumberdaya lokal yang dimiliki rakyat, itulah yang akan kita kembangkan. Karena itu, saya sebut “Pembangunan dari Rakyat, oleh Rakyat, dan untuk Rakyat”. Dari rakyat maksudnya, apa saja sumberdaya lokal yang dimiliki oleh rakyat, misalnya pertanian, pariwisata dan lain-lain.
Oleh rakyat maksudnya, harus rakyat itu sendiri yang melaksanakan pembangunan bukan orang luar. Kemudian, untuk rakyat maksudnya bahwa hasil pembangunan itu ditujukan untuk kemakmuran rakyat.

Lalu, apa saja strategi Anda untuk menjalankan pembangunan yang berbasis pada kerakyatan tersebut?

Strategi pembagunan yang berbasis sumberdaya lokal adalah dengan mengembangkan agrobisnis dan agroindustri.disamping Pertambangan, Hanya itulah yang dimiliki oleh rakyat Kolaka,
Pemerintah, Sebagai bentuk karya nyata, saya membuat Program Kemitraan Penanaman Kayu Jati Kebon ( JABON ) yang masa panennya berkisar 4 – 5 th,dengan keuntungan rata-rata minimal per hektar Rp.300 juta,dan telah kami buka tahap awal 100 ha di desa Simbune, desa Lalingato, desa Longori dan tahap selanjutnya diseluruh Kecamatan di Kabupaten Kolaka.
Langkah saya selanjutnya harus membuat Segitiga Emas Pariwisata di Kolaka.

Dari segi agroindustri kita mempunyai sumberdaya lahan dan manusia. Jika itu dibangun, maka sumberdaya manusia yang ada di luar akan kembali sebab telah tersedia lapangan kerja. Kita bisa mengekspor beras, sayur-sayuran, buah-buahan, dan lain-lain.

Agar bisa mengakomodasi konsep pembangunan tersebut, menurut Anda, seperti apa tipe pemimpin yang dibutuhkan di Kolaka ?

Yang kita butuhkan adalah pemimpin yang mempunyai kapabilitas membangun, mempunyai visi dan misi ekonomi yang bagus, dan yang terpenting dia harus sudah mempunyai experience atau pengalaman dalam pembangunan.
Kemudian, dia juga harus benar-benar acceptable sebab masyarakat Kolaka sangat plural. Selain itu dibutuhkan pemimpin yang harus keras dan fleksibel sebab umumnya masyarakat Indonesia, demikian pula Kolaka masih berpendidikan rendah. Artinya, hukum belum betul-betul bisa diikuti dengan bagus.

Apakah menurut Anda pemimpin itu tidak perlu mampu memberantas KKN atau Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme?

Oh… harus. Pemimpin itu juga harus bisa memberantas KKN. Korupsi harus diberantas dengan clean government, pemerintahan yang bersih; Kolusi dilawan dengan transparansi, keterbukaan; Dan nepotisme dilawan dengan profesionalisme.

Untuk bisa mencapainya, publik harus bisa melaksanakan pengawasan terhadap pemerintah. Jadi, pemerintah harus membuat public control yang melibatkan publik, dunia pendidikan, pers, dan LSM. Jika nanti masih ada korupsi maka publik langsung membukanya agar timbul budaya malu. Dengan demikian tidak akan terjadi lagi KKN, atau hingga seminimal mungkin.

Menurut Anda, mana rekrutmen politik terbaik untuk bisa menemukan pemimpin yang diidamkan tersebut?

Selama ini rekrutmen politik yang ada Kolaka lebih cenderung karena pemimpin itu mempunyai jalur premanisme, ikatan pemuda, dan lain-lain. Rekrutmen itu tidak didasarkan pada segi kemampuan pembangunan. Padahal, yang bisa merasakan pembangunan umumnya adalah orang yang sudah pernah bergelut di bidang pembangunan.

Di Amerika Serikat, contohnya, mereka memilih Senator atau Presiden adalah bekas pengusaha karena dia sudah larut dan inheren dalam proses itu. Bagaimana mungkin saya sebagai birokrat, misalnya, bisa mengadakan negosiasi dengan CEO sebuah perusahaan raksasa kelas multinasional, imposibel itu. Atau, bagaimana negosiasi seorang jenderal dengan seorang pengusaha, kan tidak kena. Jadi, seorang leader gubernur atau presiden haruslah orang yang pernah melakukan pembangunan sebab dia telah merasakan.

Bisakah Anda ulangi dan pertegas lagi, deskripsi dan makna Pembangunan dari Rakyat, oleh Rakyat, dan untuk Rakyat yang Anda maksud?

Begini. Pembangunan berbasis sumberdaya lokal artinya, sumberdaya apa yang dimiliki rakyat di suatu daerah itulah yang dibangun. Yang membangun adalah rakyat itu sendiri, dan hasilnya ditujukan kepada mereka. Faktor eksternalnya, pemerintah hanya sebagai to steer not to row, tidak melaksanakan. Pemerintah tinggal memberitahu bagaimana cara bekerja yang lebih efisien, efektif, dan produktif. Pemerintah bersama dunia usaha sifatnya hanya membantu agar rakyat bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.

Misal sumberdaya lokal Kolaka adalah pertanian: bagaimana cara bertani yang benar agar produksi bagus dan berdaya saing global. Artinya, produktivitas mereka haruslah sama dengan produktivitas di Thailand, Israel, Malaysia, Vietnam, maupun negara agraris lain. Standar itu harus dibentuk. Pemerintah harus menyiapkan fasilitas agar produktivitas rakyat sama seperti di luar negeri.

Seperti, menyiapkan sumber informasi manajemen system tentang pengolahan pertanian. Lalu, menyiapkan sentra-sentra atau Kapet-Kapet (Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu) untuk memasarkan produk pertanian, sehingga produk itu harganya tinggi dan berdaya saing global. Dengan demikian rakyat dirangsang untuk berproduksi sebab tidak akan ada lagi kesulitan menjual produk. Di sisi lain mulai terbangun suatu sistem yaitu suatu sistem yang produksi

Kendalanya sekarang, bagaimana mungkin rakyat bisa berproduksi jika pengairan saja tidak dibangun oleh pemerintah. Rakyat, saat menjual produk pun masih dengan sistem tengkulak. Sebab, meski rakyat punya lahan Coklat,kopi,nilam,cabe,dll tapi mereka tak bisa menjualnya karena pemerintah tidak mau tahu dengan penyakit mereka, tidak mau tahu dengan kesulitan yang rakyat alami. Kalau pemerintah memfasilitasi pemasaran, teknologi produksi, hingga sumber pembiayaan, saya yakin rakyat akan berproduksi optimal.

Adakah mekanisme yang baik untuk mewujudkan Segitiga Emas Pariwisata dimaksud?

Kolaka kalau dibangun secara benar dan KKN diminimalkan penghasilannya besar. Sebab kita mempunyai BUMN seperti perkebunan, pertambangan, tenaga listrik, dan lain-lain. Itu sangat besar. Kalau pemerintah mempunyai rencana, sebagian dana dari pendapatan itu bisa dialokasikan untuk membangun pariwisata secara bertahap. Saya kira itu tidak akan menjadi masalah.

Pemerintah Daerah bisa membentuk BUMN baru sebagai pengelola pariwisata Kolaka. Atau, pemerintah membuat suatu rencana masterplan pariwisata, ditawarkan ke investor untuk membangun fasilitas wisata yang dibutuhkan. Kepada investor itu Pemerintah memberikan fasilitas untuk mempermudahnya melakukan pembangunan, misalnya kemudahan perizinan, pajak, akses terhadap jalan yang akan dibangun, ketersediaan lahan, menciptakan iklim yang kondusif, serta dibantu pinjaman dari Bank Pembangunan Daerah.


Pertanian Indonesia yang tertinggal sering diperbandingkan dengan Thailand. Dimana letak permasalahan yang sesungguhnya?

Pendapatan Thailand dari agroindustri sangat besar. Mereka terbesar di Asia Tenggara. Tetapi jangan keliru, pendapatan itu lebih besar disumbang oleh pariwisata. Jadi, kalau pendapatan pertanian Thailand dari agroindustri 100, maka sumbangan pariwisatanya adalah 70. Ada jutaan wisatawan yang masuk ke Thailand setiap tahun. Masyarakat mereka juga sudah memiliki budaya wisata yang pas. Agroindustrinya sudah tidak lagi dibina oleh pemerintah, melainkan oleh masyarakat langsung. Tapi, subsidi dan pemasaran masih oleh pemerintah.

Bukankah adalah fakta, bahwa tingkat produktivitas lahan Kolaka sangat rendah?

Karena itulah mari kita kembali ke sikap awal, memberdayakan masyarakat lokal untuk meningkatkan kesejahteraan agar mereka aman sejahtera dan tuan di negeri sendiri. Yang pertama-tama harus dilakukan adalah men-justifikasi apa saja permasalahan di daerah-daerah. Permasalahan di masing-masing daerah berbeda dengan daerah lain. Kemudian carikan jalan keluarnya.

Kalau masalahnya adalah tidak ada sumber air tapi memiliki lahan pertanian, maka segera bangun irigasi agar bisa melayani rakyat. Kalau rakyat kesulitan memasarkan produk maka pemerintah harus membelinya, lalu jual, atau buka sentra-sentra ekspor maupun pasar lokal supaya produk rakyat itu terpasarkan. Kalau iklim tidak kondusif karena perbedaan budaya ‘a’ dengan budaya ‘b’ sehingga tidak bisa berproduksi secara kompak, itu juga harus diselesaikan. Pembangunan sosial budaya diperlukan agar kita bisa hidup harmonis dalam segala keberagaman yang ada.

Jadi pecahkan permasalahan mereka: apa yang membuat mereka tidak berproduksi, atau mengapa produktivitasnya rendah. Kalau teknologi bercocok tanam atau bibit yang tidak cocok, pemerintah harus segera mencari tahu bibit dan teknologi apa yang tepat untuk mereka. Jangan pula teknologi mengurangi kerajinan atau menciptakan pengangguran baru. Penggunaan teknologi haruslah membantu kerajinan agar mereka lebih efektif, efisien, produktif, dan tidak bertentangan dengan budaya lokal. Kita inginkan teknologi yang semakin menguatkan budaya supaya warnanya tetap Kolaka.

Lalu, apa sih perbedaan mendasar antara produktivitas kita dengan Thailand?

Jika produktivitas lahan kita saat ini masih empat ton padi sementara Thailand sudah delapan hingga sepuluh ton, saya percaya lahan kita bisa produktif seperti Thailand. Sebab, apa bedanya lahan kita dengan mereka toh sama-sama tanah. Cuma, rakyat di sana sudah dirancang untuk berproduksi. Petani Thailand bisa membeli mobil dari hasil pertanahannya, sekolahkan anak, makan di restoran, liburan segala macam. Dia akan merasa rugi jika tidak mengusahakan tanahnya.

Kita tidak bisa berproduksi optimal karena kendala-kendala tadi. Dukungan dari pertaniannya tidak ada, demikian pula dukungan dari pemasaran. Contoh, rakyat punya Coklat tapi harganya rendah sekali. Kalaupun dipanen, biaya panen sudah lebih mahal dari harga coklat, karena tengkulak-tengkulak sudah menunggu. Akhirnya mereka menghentikan penanamannya.


Mungkin masih ada ketidaksamaan paham antara masyarakat dan pemerintah dalam hal ini?

Rakyat dan pemerintah harus satu, persepsi harus sama: apa yang dimiliki pemerintah, apa yang dimiliki rakyat digabung bersama-sama untuk menciptakan produk yang berdaya saing global, berdaya saing tinggi, dan dengan harga tinggi pula.

Harga kol satu kilo di Indonesia mungkin hanya Rp 100, tetapi di Singapura sudah 5 dolar. Saat ini kol masyarakat lebih baik busuk karena pemasarannya tidak tersistem. Jadi, dia berproduksi, pasarkan sendiri, bawa ke pasar, sampai di sana sudah busuk. Atau, pemasaran tidak tersistem sengaja diciptakan oleh saingan sehingga kol-kol mereka busuk. Kasihan rakyat yang disana.

Jika dilihat di Thailand, sistem mereka sudah dibangun dengan basis ekonomi rakyat atau sumberdaya lokal. Petaninya tinggal berproduksi, pemasaran bukan urusan mereka. Teknologi atau sumber informasi dihadirkan untuk menciptakan produktivitas tinggi. Lahan satu hektar di Indonesia hanya bisa menghasilkan empat ton padi padahal Thailand sudah sepuluh ton.

Dengan effort(usaha) yang sama saya bisa mendapat empat ton sementara di Thailand sepuluh ton, berarti saya menjual empat ton padi dengan harga sepuluh ton, ‘kan sudah sangat berbeda, Kemudian, di sisi lain Thailand tidak sulit memasarkan. Dari produktivitas dia sudah memperoleh keuntungan besar. Kalau di sana harga Rp 2.800/kg untuk sepuluh ton dia sudah dapat Rp 28 juta, sementara saya yang empat ton hanya dapat uang Rp 10 juta kalau harganya Rp 2.500/kg.

Produk agroindustri Thailand seperti jambu, durian, pepaya dan segala macam dari satu lahan yang sama produktivitas dan kualitasnya juga berbeda. Kenapa, karena asupan-asupan teknologi sudah sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman. Tanaman berproduksi sudah sesuai dengan optimalisasi yang dimiliki yaitu lebih cepat berbuah, lebih besar, dan berkualitas bagus

Apakah pembangunan berbasis sumberdaya lokal ikut Anda agendakan saat mencalonkan diri sebagai Bupati Kolaka di 2013 ?

Agenda kita mensejahterakan rakyat hanya dengan cara itu, menghidupkan agroindustri dan agrobisnis karena rakyat kita 85 persen hidup dari pertanian atau pedesaan. Berarti pertanian itu yang harus dibangun. Sejarah pun menunjukkan nenek moyang kita dahulu sumber pendapatannya dari pertanian. Sekarang, bagaimana cara agar pertanian lebih efektif, lebih efisien, lebih cepat berproduksi dengan kualitas bagus. Itu yang harus dipikirkan oleh pemerintah. Pertanian adalah inti perekonomian kita.

Apa saja bentuk konkrit agenda Anda yang disampaikan nanti ?

Kalau saya terpilih jadi Bupati Kolaka, Maka saya katakan, sekolah-sekolah akan saya bangun dengan berbasis teknologi pertanian, kalau dia sekolah teknik. Kalau dia sekolah ekonomi, ekonomi pertanian. Atau, sekolah apapun dia akan diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pertanian dan pariwisata.

Kita harus lihat sepuluh, dua puluh, limapuluh hingga seratus dan limaratus tahun ke depan. Kalau kita gagal membangun teknologi pertanian di Indonesia maka kita akan semakin terpuruk. Sejarah menunjukkan, Thailand maju karena pertanian, Malaysia maju karena pertanian, Vietnam juga begitu. Negara maju seperti Inggris, Perancis mereka maju karena pertaniannya maju, dari hasil pertanian itulah mereka membangun dan mengembangkan teknologi atau industri lain karena mereka sudah mempunyai uang, basis, based load. Tapi pertanian mereka tetap kuat sebagai basic.

Kenapa hasil industri pertanian luar negeri lebih murah daripada hasil pertanian Indonesia, itu karena industri pertanian kita produktivitasnya sangat rendah dan berbiaya sangat tinggi. Kalaupun kita bersaing harga kita sudah terlalu mahal. Produk industri mereka masuk ke Indonesia lebih murah jadinya.

Belum lagi kita membuat over valued exchange rate, dimana kurs yang kita pakai ditetapkan oleh pemerintah sehingga over valued. Jadi kurs belum bebas bergerak sehingga ekspor kita menjadi terhambat. Produksi dalam negeri menjadi mahal sementara produksi luar lebih murah karena pemerintah harus bayar selisih kurs dolarnya. Kita menjadi negara yang membohongi produk kita sendiri. Selama zaman Orde Baru berlaku over valued exchange rate, pemerintah membayar untuk selisih kurs.

Ada persepsi di kalangan pemerintah maupun rakyat bahwa pertanian tidak mempunyai masa depan, komentar Anda?

Yah… sekarang ini kan pimpinan kita sedang sibuk dengan politik-politik-nya, sibuk dengan partainya, sibuk memperjuangkan golongannya, sibuk mempengaruhi rakyat dengan membagi-bagi duit melalui jaring pengaman sosial, raskin dan segala macam. Ini ‘kan hanya bahasa yang diperhalus untuk memikat hati rakyat. Tapi itu jangka pendek sekali untuk mempengaruhi rakyat supaya golongan inilah yang dikatakan bagus. Itu tidak murni memperjuangkan rakyat. Yang kita mau ‘kan berkelanjutan.

Masyarakat tidak diberikan suatu harapan yang pasti, misalnya melalui sejumlah pembinaan dan fasilitas, bahwa aktivitas produksi yang mereka lakukan akan bisa membiayai hidupnya yang lebih terjamin. Itu sebab, dari daerah pertanian semua berlomba ke kota. Sumberdaya manusia yang di desa, tanpa bermaksud mengecilkan mereka, adalah SDM yang kelas dua kelas tiga kelas empat. Padahal, yang bisa melakukan percepatan akselerasi needs atau kebutuhan mereka yang berjangka panjang adalah SDM yang berkualitas.

Ini harus diubah. Elit-elit politik harus mementingkan kepentingan rakyat, generasi penerus itu mau ke mana supaya bisa berdaya saing tinggi. Karena daya saing kita adalah daya saing global. Orang yang di Parongi sana bukan lagi berdaya saing dengan orang di Garoga, melainkan dengan orang di Malaysia, Thailand, Jepang.

Namun, kita juga harus sepakat bahwa kalau mau membangun maka semua harus dibenahi. Fasilitas dan gaji aparat pemerintah harus mencukupi. Kalau BUMN, perusahaan-perusahaan daerah, atau sumber-sumber penghasilan daerah dikelola dengan benar tanpa dikorupsi maka gaji dan insentif pegawai negeri akan bisa memberi mereka hidup yang cukup.

Jika itu telah terjadi, sistem pembangunan masyarakat pedesaan yang telah menemukan permasalahan, solusi berikut implementasinya bisa dilaksanakan. Langkah selanjutnya adalah menegakkan supremasi hukum. Pengawasan eksternal berupa pengawasan publik di semua tingkatan harus melibatkan LSM, dunia pendidikan, pers dan masyarakat. Jika masih ditemukan suatu penyelewengan maka publik langsung membuka kasusnya ke masyarakat untuk menimbulkan budaya malu. ‘Di sini ada korupsi Rp 100 juta’, atau Rp 10 juta, dibuka.
Untuk menjalankannya tentu dibutuhkan pemimpin yang bukan hanya berkualitas namun juga sudah berpengalaman dalam pembangunan.

Syarat apa lagi yang dibutuhkan pemimpin di Kolaka, menurut Anda?

Kendalanya sekarang, apakah Bupati atau Gubernur punya sense of business mengelola sumberdaya yang ada di daerahnya. Kalau dikatakan mereka mengerti, berarti sesungguhnya sudah harus tidak ada lagi di sana kecemburuan sosial atau pengangguran. Sebab, mereka sudah harus bisa mengalokasikan semua sumberdaya yang ada, yaitu manusia, alam, keuangan, penghasilan atau industri-industri dan pendapatan asli daerah (PAD) yang bisa mereka raup. Jika itu mereka optimalkan otomatis aspek bisnis yang ditumbuhkembangkan akan produktif.
Sekarang ada beberapa aspek yang harus kita soroti: apa penyebab perekonomian tidak bisa jalan. Ternyata, sebagai contoh, untuk menjadi bupati saja dia harus mengeluarkan uang miliaran rupiah, demikian pula untuk menjadi calon anggota legislatif (Caleg). Sehingga, setiap orang yang masuk ke sana sudah pasti mencari cara bagaimana mengembalikan uangnya itu.

Supaya misi pemerintahan betul-betul bisa diimplementasikan, aspek bisnis pemerintahan bisa jalan, maka orang yang masuk ke sana haruslah orang-orang yang tidak lagi mencari duit sehingga dia tidak perlu memikirkan korupsi. Kalau dia masuk ke dalam sana harus bayar Rp 50 milyar, atau dia titipan sponsor, maka dia harus kembalikan uang atau jasa sponsor tersebut.

Ini permasalahannya. Dan kalau ini bisa dieliminir secara perlahan-lahan akan menghasilkan suatu percepatan untuk pencapaian tujuan pembangunan. Produktivitas kita merendah paling banyak karena korupsi. Mereka tidak memikirkan apa yang diinginkan oleh rakyat. Apakah itu di pemerintahan kabupaten, propinsi, apakah mereka itu bupati, walikota, gubernur sebab mereka telah menganggap dirinya sebagai raja-raja kecil di daerah. Bukan menganggap dirinya melayani dan memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya.

Agenda Anda terdekat adalah bertarung berebut kursi Bupati Kolaka. Apa yang akan Anda lakukan kelak jika terpilih?

Yang jelas saya akan menjalankan Pemerintahan sesuai dengan VISI dan MISI yang telah dibuat :
VISI :
“ Mewujudkan Kolaka lebih sejahtera berbasis Pertanian dan Pertambangan yang maju dalam lingkungan lestari dan Agamis “
MISI
Misi 1 :
“ Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan memantapkan pembangunan manusia melalui akselerasi peningkatan derajat pendidikan,kesehatan dan daya beli “
Misi 2 :
“ Meningkatkan pengembangan Agropolitan dan Pertambangan melalui sarana dan prasarana, sinergitas sektor dan wilayah serta produktivitas dengan berorientasi pada pemberdayaan perekonomian rakyat “
Misi 3 :
“ Meningkatkan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup dalam kerangka Kabupaten Konservasi dengan berorientasi pada perlindungan,pengawetan dan pemanfaatan secara Lestari “
Misi 4 :
“ Meningkatkan kehidupan yang Agamis,Harmonis dan Bersatu “

Anda punya pemikiran untuk meningkatkan penghasilan asli daerah (PAD) di Kolaka ?

Konsepnya adalah, tingkatkan dahulu pendapatan masyarakat baru tarik PAD. Caranya, tumbuhkan kegiatan perekonomian dengan bantuan fasilitas pemerintah. Dari penghasilan rakyat yang meningkat kemudian tarik pajak untuk menambah PAD.
Di sisi lain, janganlah ditumbuhkan bisnis-bisnis lain yang bertentangan dengan kepentingan rakyat. Misalnya, jika di daerah itu tidak bisa berdiri industri tertentu karena dapat merusak lingkungan, mengandung penyakit dan sebagainya, janganlah hanya karena kepentingan PAD industri ini dipaksakan hidup walau rakyatnya melarat dan segala macam. Ini akan rusak dan mengakibatkan daerah merana. Jangka pendek, dengan adanya industri semacam itu pertumbuhan ekonomi akan tinggi tetapi semu sifatnya. Akibatnya akan lebih besar sebab rakyat akan menderita fisik dan kelestarian lingkungan hidup terganggu.

Adakah tokoh yang menjadi idola Anda di Pemerintahan?

Saya tertarik dengan Kepala Pemerintahan Cina yang sekarang, presiden pengganti Li Peng. Sebenarnya dia tidak mau jadi Presiden. Sewaktu dilantik menjadi Presiden dia mengatakan, “Saya mau menjadi Presiden tapi kalian harus memberikan saya suatu keinginan untuk bisa mengorganisir organisasi saya’. Dia menangis ketika terpilih menjadi Presiden. Lalu ketika ditanya oleh Parlemen Cina apa yang dia perlukan untuk pembangunan Cina, jawaban dia aneh.

Dia menjawab, “Tolong berikan saya 100 peti mati. Peti mati itu akan saya gunakan untuk menggantung beberapa koruptor. Kalau saya tidak berhasil mengurangi koruptor di Cina, maka, yang 99 peti itu untuk menggantung para koruptor sedangkan sisanya untuk saya satu.” Kemajuan Cina sangat pesat sekarang. Jalanan sampai ke desa-desa sudah hotmix semua, saya baru ke sana, luar biasa itu. Saya mengidolakan pemimpin seperi dia.

Sekilas profil :
“ H.Kasran Randa,S.Pd. “,Pomalaa ( 06 Agustus 1970 ). Sejak kecil dibesarkan di Desa Longori Kec.Baula.menempuh pendidikan SD di Longori,SMP di Pelambua,SMA Muhammadiyah di Dawi-Dawi Pomalaa dan meneruskan ke jenjang Strata 1 di Universitas Haluoleo Kendari Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris.dan Mengikuti berbagai Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan dan Managemen Pemerintahan setingkat Doktoral serta Pemberdayaan Masyarakat di Jakarta.Selama kuliah aktif di berbagai Organisasi seperti :
1. Resimen Mahasiswa dengan posisi Komandan Provost dan Kepala Kepolisian Menwa Haluoleo Kendari.(1989 – 1993)
2. PMII Sulawesi Tenggara (1992 – 1994)
3. AMPI Sulawesi Tenggara (1992- 1993)
4. Komandan Pasukan Utama Kirab Remaja Nasional II Sulawesi Tenggara (1993)
5. Komandan Pasukan Kirab Asia Tenggara,Jakarta ( 1993 )
6. Pengurus TIARA INDONESIA,(1994 – 1999) Jakarta
Setelah selesai kuliah tahun 1994, langsung ke Jakarta mencari pekerjaan dan Alhamdulillah pada :
1. Tahun 1995 – 1999 sebagai Pegawai Negeri Sipil
2. Tahun 1997 – 2006 Konsultan di PT.Centranusa Insancemerlang, Jakarta
3. Tahun 2007 – 2009 Konsultan di PT.Revell Indonesia Jakarta
4. Tahun 2009 – sekarang di PT.Health Wealth International Jakarta
5. Tahun 2008 – 2009 Direktur Pemasaran di PT.Multi Sejahtera Sentosa Cirebon
6. Tahun 2004 – sekarang Komisaris Utama di CV.Anugrah Sarana Insani Jawa Barat
7. Tahun 2004 – sekarang Trainer dan Motivator di Intitusi YESS WE CAN Jakarta
8. Tahun 2011 Pendiri Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) PELITA DESA (PEMBERDAYAAN LINGKUNGAN HUTAN DAN PERTANIAN PEDESAAN) berskala Nasional.
Dan saat ini aktif di Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan dengan Program Usaha Kerjasama Penanaman Kayu Jabon(Jati Kebon) di Kolaka – Sulawesi Tenggara.
Demikian sekilas profil H.Kasran Randa,S.Pd.semoga bermanfaat bagi masyarakat umum.


Salam Sukses Luar Biasa..


H.Kasran Randa














Sebuah Wawancara Ekslusif




MENUJU PERADABAN DAN PERUBAHAN DEMOKRASI
DI BUMI MEKONGGA KOLAKA


bersama
H.KASRAN RANDA,S.Pd.
MENGABDI DEMI RAKYAT
“ PEMBANGUNAN DARI ,OLEH DAN UNTUK RAKYAT”
“Sosok H.Kasran Randa ingin agar pembangunan Kab.Kolaka kokoh maka harus berbasis sumberdaya lokal. Artinya, memanfaatkan segala sesuatu yang memang dimiliki oleh masyarakat Kolaka. Seperti, basis pertanian dan pariwisata. Yang melaksanakan pembangunan harus pula orang lokal yaitu masyarakat yang ada di Kolaka.”